Monday, February 18, 2019

Dilong, sang leluhur Raja Dinosaurus

Dilong paradoxus adalah spesies theropoda basal dari suku Tyrannosauroidea, yang hidup pada 126.000.000 tahun yang lalu pada masa awal Cretaceous. Berasal dari kata dalam bahasa Mandarin yaitu 帝 (dì) berarti  'kaisar' dan 龙 / 龍 (lóng) berarti 'naga', serta bahasa Latin, παράδοξον berarti 'terhadap kebijaksanaan yang diterima'.

Rekonstruksi fosil Dilong paradoxus
(Conty/Wikimedia Commons)
Fosil Dilong pertama kali ditemukan oleh Xu Xing dan kolega dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology Beijing pada tahun 2004 dalam wujud fosil tengkorak utuh dan beberapa tulang leher, diberi kode IVPP 14243, yang kemudian disatukan dengan spesimen fosil berkode IVPP 1242. Menyusul kemudian, fosil lainnya ditemukan yaitu tengkorak dan tulang belakang dan diberi kode IVPP V11579. mirip dengan temuan spesimen fosil berkode TNP01109 milik Tianjin Museum of Natural History.

Spesimen fosil Dilong paradoxus
(Kabacchi/Wikimedia Commons)
Berdasarkan analisis spesimen fosil yang ada, diperkirakan Dilong paradoxus memiliki ukuran panjang 160 centimeter, dan diperkirakan mampu melebihi ukuran 200 centimeter setelah dewasa. Temuan ini dilaporkan dalam jurnal berjudul "Basal tyrannosauroids from China and evidence for protofeathers in tyrannosauroids" karya Xu Xing dan kolega yang terbit pada tanggal 7 Oktober 2004, yang terbit melalui portal jurnal Nature.

Bagan perbandingan Dilong dengan manusia dewasa
1. spesimen Dilong yang diduga sebagai anakan, 2. prakiraan ukuran Dilong dewasa
(Conty/Wikimedia Commons)
Menurut Xu et al (2004), Dilong diperkirakan memiliki rambut burung (protofeather) yang menutupi kulitnya, seperti yang dimiliki oleh Kasuari dan Burung Moa masa kini. Diduga keberadaan bulu ini sebagai penjaga suhu tubuh, karena dinosaurus adalah hewan berdarah panas yang harus menjaga suhu tubuh di kisaran 35-41 derajat Celsius, untuk melindungi diri dari parasit dan daya tarik seksual. 

Dalam analisa tempurung tengkorak yang dilakukan oleh Martin Kundrát, Xu Xing dan kolega pada tanggal 19 September 2018 menggunakan teknik CT Scan, diperkirakan Dilong memiliki otak berbentuk huruf S dengan selaput tipis, yang mirip dengan struktur otak Buaya, diduga sebagai penyeimbang saat berlari dan mengejar mangsa. Namun diduga daya penciuman Dilong tidak setajam Tyrannosaurus dan spesies Tyrannosaurid tingkat tinggi lainnya. Temuan ini dilaporkan dalam jurnal berjudul "Evolutionary disparity in the endoneurocranial configuration between small and gigantic tyrannosauroids" yang diterbitkan melalui portal jurnal Historical Biology.

Replika fosil Dilong yang dipamerkan di Des Moines Science Center saat pameran Tyrannosaurs: Meet the Family(Jonathan Chen/Wikimedia Commons
Sejak awal ditemukan, Dilong sudah diduga sebagai leluhur Tyrannosaurus yang ada di Amerika Utara, berdasarkan struktur morfologi dan anatomi. Studi kekerabatan Dilong pertama kali dilakukan oleh Turner dan kolega pada tahun 2007, dimana Dilong dianggap sebagai dinosaurus dari golongan coelurosaurian, dua tingkat di atas Tyrannosaurus rex. Studi kekerabatan kemudian berlanjut oleh Carr & Williamson pada tahun 2010, dimana Dilong ditempatkan dalam suku Tyrannosauroidea. Kemudian pada tahun 2014, Juan D. Porfiri dan kolega menggolongkan Dilong dalam proceratosaurid. Lalu pada tahun 2016, Brusatte et al menganalisis dan menyimpulkan bahwa Dilong merupakan leluhur Tyrannosaurus.

Bagan kekerabatan Tyrannosauroidea
(Brusatte et al/Wikimedia Commons)
Daratan Tiongkok memang menyimpan harta karun paleontologi terbesar, karena menjadi lokasi ditemukannya spesies dinosaurus basal yang menjadi leluhur dinosaurus di Amerika Utara yang banyak kita kenal. Apalagi dengan ditemukannya dinosaurus berbulu dan berambut, mengubah sudut pandang publik awam mengenai rupa dinosaurus.


No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.