Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah mamalia darat berbelalai (proboscidae) ini, yang merupakan subspesies Gajah Asia yang berada dibawah genus Elephas dan suku Elephantidae. Merupakan satu-satunya anggota suku Elephantidae yang ada di Indonesia.
Gajah Sumatera di kawasan Taman Candi Borobudur, Jawa Tengah (Uwe Aranas/Wikimedia Commons) |
Gajah Sumatera merupakan subspesies Gajah Asia yang bermigrasi ke Nusantara pada 30.000 tahun yang lalu di masa Pleistosen akhir. Kemudian saat peradaban Nusantara muncul dalam berbagai literatur, termasuk dalam catatan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. Pertama kali dikenalkan ke dunia Barat pada tahun 1847, oleh Coenraad Jacob Temminck, ahli biologi asal Belanda. Awalnya dikira sebagai Gajah Asia yang didatangkan dari India, namun ternyata sub-spesies Gajah baru yang berhabitat di pulau Sumatera.
Gajah Sumatera memiliki panjang sekitar 550–730 centimeter, tinggi sekitar 200–320 centimeter dengan bobot sekitar 2000–4000 kilogram. Ukuran Gajah Sumatera betina lebih kecil dari pejantan, tanpa gading. Memiliki kulit yang lebih cerah dibanding subspesies Gajah India (Elephas maximus indicus) dan Gajah Sri Lanka (Elephas maximus maximus). Gajah Sumatera merupakan hewan darat terbesar di Indonesia. dan salah satu megafauna yang tersisa di Nusantara.
Gajah Sumatera betina di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta (Midon/Wikimedia Commons) |
Ciri khas Gajah Sumatera adalah sepasang gadingnya yang panjang dan melengkung dengan panjang 50–170 centimeter dengan bobot 50–60 kilogram. Fungsi utama dari gading ini, adalah untuk alat pertahanan diri, menggali tanah untuk mencari air tanah dan penggugur buah-buahan di pepohonan hutan. Pada saat menemui ancaman seperti Harimau Sumatera, maka Gajah Sumatera pejantan akan menggunakan gadingnya sebagai barikade untuk melindungi anakan yang menjadi incaran predator, seperti Harimau Sumatera (Panthera tugris sumatrae) dan Ajag (Cuon alpinus).
Dalam mencari makanan, kawanan Gajah Sumatera yang berjumlah 20–35 ekor mampu menjelajah 20 kilometer tiap hari dengan luas wilayah mencapai 250 kilometer persegi. Untuk menjangkau makanan di hutan, Gajah Sumatera menggunakan belalai bercuping yang terdiri dari 150.000 otot, mampu mengangkat sebuah beban berbobot 350 kilogram. Kegunaan dari belalai Gajah Sumatera layaknya tangan milik manusia. Dalam sekali makan, Gajah Sumatera membutuhkan nutrisi sebesar 10% dari bobot tubuhnya, atau sekitar 200 kilogram makanan dan 90 liter air.
Tiga ekor Gajah Sumatera sedang menyapa pengunjung di Taman Safari Cisarua, Bogor (Jussir/Wikimedia Commons) |
Gajah Sumatera merupakan hewan berdarah panas yang wajib menjaga suhu tubuhnya pada kisaran 35°C, agar metabolisme tubuhnya berjalan normal. Untuk menjaga suhu tubuhnya, Gajah Sumatera menggunakan kupingnya yang besar dan melengkung, berfungsi layaknya kipas alami & sering berendam di sungai. Selain itu, kuping Gajah Sumatera teramat sensitif, mampu mendengar dalam frekuensi 1000 Hertz. Dalam berbagai temuan, Gajah Sumatera akan mengungsi ke lokasi aman terlebih dahulu, sesaat sebelum gempa dan tsunami terjadi.
Gajah Sumatera merupakan hewan endemik di pulau Sumatera, yang populasi-nya terus menurun, dari 2800–4800 ekor pada tahun 1980, lalu menjadi 1600 ekor pada tahun 1985, kemudian menjadi 498 ekor pada tahun 2000. Penurunan populasi Gajah Sumatera ini diakibatkan perburuan liar, konflik dengan manusia dan menyempitnya habitat. Pada tahun 2011, IUCN menggolongkan Gajah Sumatera kedalam status Kritis (Critically Endangered). Sementara CITES memasukannya dalam golongan Appendix I, dimana Gajah Sumatera dilarang diperdagangkan, baik hidup atau mati dan seluruh bagian tubuhnya.
Sepasang Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Kambas, Lampung (michael tanadi/Wikimedia Commons) |
Perlindungan Gajah Sumatera sudah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda melalui aturan Peraturan Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No 134 dan 266. Ditambah aturan UU Perlindungan Satwa nomor 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999. Selain itu, Pemerintah Indonesia menunjuk seluruh taman safari dan kebun binatang di seluruh Indonesia, sebagai pusat penangkaran Gajah Sumatera. Sebagai lokasi konservasi Gajah Sumatera, Pemerintah Indonesia menunjuk Taman Nasional Way Kambas dan Bukit Barisan Selatan di provinsi Lampung & Taman Nasional Tesso Nillo di provinsi Riau. Selain itu, hingga kini sudah ada 391 ekor Gajah Sumatera yang ditangkarkan di kebun binatang dan taman safari seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan kesadaran peran penting Gajah dalam ekosistem, WWF bersama 65 lembaga konservasi alam lainnya menetapkan Hari Gajah Sedunia pada tanggal 12 Agustus 2012. Tiap tahun, Hari Gajah Sedunia diperingati dengan mengangkat isu perburuan liar, konflik dengan manusia dan deforestasi habitat gajah. Hari Gajah Sedunia ini juga didukung oleh artis dunia, seperti Leonardo Di Caprio. Karena tanpa Gajah, tidak ada regenerasi dan rotasi unsur hara dalam hutan hujan tropis.
No comments:
Post a Comment
Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.