Tuesday, September 17, 2019

Hiu Berjumbai, si primitif dari kedalaman

Hiu Berjumbai (Chlamydoselachus anguineus) adalah spesies ikan bertulang rawan dari genus Chlamydoselachus dibawah suku Chlamydoselachidae. Merupakan satu dari dua spesies tersisa dari ordo Hexanchiformes. Penamaan ilmiahnya berasal bahasa Yunani yaitu chlamy (frill) and selachus (shark), dan bahasa Latin anguineus yang berarti "serupa belut". Memiliki nama umum lainnya seperti frill shark, lizard shark, scaffold shark, dan silk shark.

Hiu Berjumbai (Chlamydoselachus anguineus)
(Citron/Wikimedia Commons)
Berdasarkan catatan fosil, suku Chlamydoselachidae sudah ada sejak 150.000.000 tahun yang lalu di masa Jurassik, kemudian genus Chlamydoselachus muncul pada 96.000.000 di masa Kapur, sementara spesies Hiu Berjumbai muncul pada 2.000.000 tahun lalu. Pertama kali ditemukan oleh Ludwig Döderlein, ahli perikanan Jerman saat mengunjungi Jepang pada tahun 1879-1881, namun catatan penemuannya hilang, sehingga yang pertama kali mencatat fosil hidup ini adalah Samuel Garman, ahli zoologi Amerika berdasarkan temuan spesimen Hiu Berjumbai betina sepanjang 150 centimeter (4 kaki 11 inchi) dari Teluk Sagami, Jepang pada tahun 1884.

Illustrasi deskripsi fisik Hiu Berjumbai (Chlamydoselachus anguineus), 1884
(Samuel Garman/Wikimedia Commons)
Hiu Berjumbai mampu tumbuh hingga sepanjang 200 centimeter (6,6 kaki), dimana ukuran betina lebih besar dari pejantan yaitu 170 centimeter (5,6 kaki), dengan ciri-ciri yaitu tubuh panjang berwarna coklat kehitaman yang lentur mirip belut, dengan sirip ekor, sirip punggung dan sirip kemaluan berada di belakang punggung dan memiliki enam pasang insang. Digolongkan dalam fosil hidup karena memiliki fitur tubuh primitif yang dimiliki oleh hiu purba seperti gigi jamak yang permanen, tempurung tengkorak yang berada dibelakang mata yang dikenal sebagai amphistyly dan bentuk tulang punggung yang mirip notokordia.  

Bentuk utuh Hiu Berjumbai (Chlamydoselachus anguineus)
(Wikimedia Commons)
Hiu Berjumbai merupakan ikan predator laut dalam yang memangsa 60% hewan cephalopoda seperti Chiroteuthis dan Histioteuthis yang berukuran kecil, serta Onychoteuthis, Sthenoteuthis, dan Todarodes yang berukuran besar. Menangkap mangsa dengan menggunakan gigi jamak permanen berjumlah 300 buah dengan masing-masing terdapat 19–28 pasang gigi di gusi rahang atas dan 21–29 pasang gigi di gusi rahang bawah. Beberapa temuan dalam pengamatan Hiu Berjumbai, menemukan beberapa ekor yang mengalami buntung di ekornya karena berusaha menghindari pemangsa, yang diduga adalah Hiu Goblin dan Hiu Biru. Melakukan migrasi ke permukaan air saat malam untuk berburu cephalopoda.

Bentuk mulut dan gigi Hiu Berjumbai (Chlamydoselachus anguineus)
(Wikimedia Commons)
Pada saat musim kawin, Hiu Berjumbai akan berkelompok dalam jumlah hingga 15 pejantan dan 19 betina dalam sebuah pengamatan di Pegunungan Atlantik Tengah pada tahun 2003, yang saling membuahi khas Hiu pada umumnya. Kemudian betina akan mengandung janin dalam indung telur selama tiga setengah tahun, merupakan masa mengandung terlama bagi hewan vertebrata. Kemudian setelah melahirkan akan muncul anakan berukuran 6-8 centimeter yang tumbuh dalam kapsul dengan kuning telur berdiamater 40 centimeter untuk bertahan hidup hingga seluruh oragn tubuh sempurna dan bisa mencari makan sendiri saat sudah berukuran 40–60 centimeter (16–24 inchi), dengan tingkat pertumbuhan 1,4 centimeter (0.55 inchi) per bulan. Anakan mencapai usia matang seksual pada ukuran sekitar 100–120 centimeter (3,3–3,9 kaki) untuk pejantan, sementara betina pada ukuran sekitar 130–150 centimeter (4,3–4,9 kaki).

Citra Hiu Berjumbai (Chlamydoselachus anguineus) di Blake Plateau, 2004
(NOAA)
Hiu Berjumbai umumnya ditemukan di kedalaman 50–200 meter (160–660 kaki) dengan suhu sekitar 15°C (59°F), dengan rekor kedalaman  1570 meter (5,150 kaki) dan jarang menyelam lebih dalam dari 1000 meter (3300 kaki) kecuali pada bulan Agustus-November saat air mulai menghangat. Tersebar di kawasan perairan Paparan Benua dan Landas Benua, seperti kawasan Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik, mulai dari pesisir Norwegia, Skotlandia utara, Irlandia utara, dari Perancis hingga Maroko, termasuk Madeira dan pesisir Mauritania. Di kawasan Atlantik Tengah bisa ditemukan di Punggung Laut Atlantik, dari  utara Azores hingga pesisir Rio Grande, selatan Brazil, dibawah Pegunungan Vavilov. barat Afrika. di barat Atlantik, dilaporkan mucnul di perairan New England, Georgia, dan Suriname. Di barat Pasifik,  dari tenggara Honshu, Jepang, hingga Taiwan, pesisir New South Wales dan Tasmania di Australia, dan sekitar Selandia Baru. Di kawasan tengah dan timur Pasifik, dapat ditemukan di pesisir Hawaii dan California, Amerika Serikat, dan utara Chile.

Peta persebaran Hiu Berjumbai (Chlamydoselachus anguineus)
(Chris_huh/Wikimedia Commons)
Dalam catatan fosil Hiu Berjumbai yang ditemukan dalam perut burung purba di Takatika Grit, Pulau Chatham, Selandia Baru menemukan fakta bahwa di masa Kapur, Hiu Berjumbai merupakan ikan laut dangkal di masa Kapur akhir, yang kemudian mengubah perilaku dan berevolusi menjadi ikan laut dalam saat kepnuahan massal Kapur-Tersier, yang membuatnya menjadi fosil hidup di masa modern. Karena hidup di laut dalam dan bukan incaran utama bagi nelayan akibat memiliki nilai komersial rendah, IUCN menggolongkan Hiu Berjumbai dalam status Resiko Rendah (Least Concern) pada tahun 2016. Sementara,  New Zealand Department of Conservation menggolongkan Hiu Berjumbai dalam status  "At Risk – Naturally Uncommon" dengan persyaratan "Data Poor" dan "Secure Overseas" dibawah New Zealand Threat Classification System.

No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.