Tuesday, February 12, 2019

Ginkgo, pohon konifer bergizi khas Asia

Pohon Ginkgo (Ginkgo biloba) adalah pohon berbiji terbuka dari suku Ginkgoaceae, yang merupakan satu-satunya spesies dalam genus Ginkgo. Memiliki sinonim nama latin, antara lain Ginkgo macrophylla, Pterophyllus salisburiensis, Salisburia adiantifolia, Salisburia biloba, Salisburia ginkgo, dan Salisburia macrophylla. Berasal dari kata dalam bahasa Jepang yang salah eja, yaitu gin kyo, berarti "aprikot perak", sementara dalam bahasa Mandarin disebut 銀杏 dalam literatur herbal tradisional Shaoxing Bencao (紹興本草) and Compendium of Materia Medica.


Pohon Ginkgo di Dargent, Luxembourg City
(Cayambe/Wikimedia Commons)
Pohon Ginkgo sudah ada sejak 270.000.000 tahun yang lalu pada masa Permian, kemudian mengalami evolusi kembali pada 67.000.000 tahun yang lalu pada masa akhir Cretaceous. Menyebar ke daratan Eurasia sekitar 2.000.000 tahun yang lalu di awal masa Pleistosen. Pertama kali dikenalkan ke peradaban manusia pada 3000-2500 tahun yang lalu, yang kemudian dinaturalisasi pada 1500 tahun yang lalu di dataran Tiongkok dan tahun 1690 Masehi di Semenanjung Korea & Jepang. Kemudian dikenalkan dalam dunia sains modern oleh Carl Linnaeus pada tahun 1771, dalam buku Mantissa plantarum II.

Fosil daun Ginkgo biloba yang ditemukan di Tranquille Shale of MacAbee, British Columbia, Kanada
(tangopaso/Wikimedia Commons)
Pohon Ginkgo memiliki ukuran tinggi sekitar 20–35 meter (66–115 kaki), dengan beberapa spesimen di Tiongkok mampu tumbuh hingga ketinggian 50 meter (160 kaki). Memiliki ukuran daun sekitar 5–10 centimeter (2–3,9 inchi), dengan ukuran maksimal mencapai 15 centimeter (5,9 inchi). Dengan putik dan benang sari berada pada bunga terpisah, dan setelah penyerbukan biji berukuran 1.5–2 centimeter yang terbungkus oleh cangkang keras. Proses penyerbukan dan pembuahan Pohon Ginkgo setiap musim semi, dengan dibantu oleh serangga penyerbuk.

Pohon Ginkgo biloba di Tournai, Belgium
(Jean-Pol GRANDMONT/Wikimedia Commons)
Buah Ginkgo mengandung zat antara lain asam phenolic, proanthocyanidins, vitamin B6 dan flavonoid, yang berguna bagi tubuh untuk mencegah radikal bebas, meningkatkan stamina dan menumbuhkan rambut serta menumbuhkan rambut rontok. Biasa menjadi hidangan di saat khusus seperti Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh dan proses pernikahan di Asia Timur. Di Jepang biasa menjadi hidangan sup chawanmushi, sementara di Thailand menjadi hidangan campuran dengan daging buah kelapa. Selain itu, pohon Ginkgo juga biasa dijadikan bonsai untuk hiasan rumah dan taman.

Tanaman sup buah Ginkgo di Thailand
(David Richfield/Wikimedia Commons)
Menurut jurnal berjudul "Chemical analysis and quality control of Ginkgo biloba leaves, extracts, and phytopharmaceuticals" karya Paola Montoro dan Teris A.van Beek pada 13 Maret 2009, yang diterbitkan melalui portal jurnal ScienceDirect, buah Ginkgo bisa menimbulkan reaksi alergi dan keracunan bila dikonsumsi berlebihan karena memiliki kandungan  Ginkgotoksin yang mengandung zat 4'-O-methylpyridoxine (MPN) pada lembaga biji, dengan kisaran konsentrasi sekitar  0,173-0,4 miligram tiap 1 gram biji yang tidak bisa hilang akibat pemanasan saat pengolahannya. 

Biji buah Ginkgo yang sudah dikupas
(Aomorikuma/Wikimedia Commons)
Tentu segala sesuatu yang berlebihan tidak baik bagi tubuh dan dalam pengolahan buah Ginkgo wajib dilakukan secara baik dan benar, serta dilakukan oleh ahlinya. Dengan mengenal lebih dalam tanaman pangan yang akan dimakan, bisa memberikan batasan pada diri sendiri saat memakannya.

No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.