Tarbosaurus bataar adalah spesies dinosaurus theropoda pemangsa dari suku Tyrannosauridae, yang hidup sekitar 70.000.000-66.000.000 tahun yang lalu pada akhir Cretaceous. Berasal dari kata dalam Yunani Kuno yaitu τάρβος/tarbos ("ketakutan", "penanda", "kagum", atau "memuja") dan σαυρος/sauros ("kadal") & kata dalam bahasa Mongolia yaitu баатар/baatar ("pahlawan").
Rekonstruksi fosil Tarbosaurus bataar (Dmitry Bogdanov/Wikimedia Commons) |
Fosil Tarbosaurus pertama kali ditemukan oleh tim paleontologi Soviet-Mongolia yang melakukan ekspedisi ke Formasi Nemegt, provinsi Ömnögovi, Gurun Gobi, Mongolia pada tahun 1946. Kemudian pada tahun 1955, spesimen fosil serpihan tulang tengkorak berkode PIN 551-1, diidentifikasi oleh Evgeny Maleev, ahli paleontologi Uni Soviet, sebagai spesies dinosaurus baru bernama Tyrannosaurus bataar. Lalu, spesimen fosil serupa dari situs penggalian yang sama ditemukan lagi, diberi kode PIN 553-1 dan PIN 552-2. Resmi diberi nama Tarbosaurus bataar pada tahun 1965, oleh A.K. Rozhdestvensky, berdasarkan kombinasi nama spesies sebelumnya. Hingga kini, sudah ditemukan 15 spesimen fosil tengkorak Tarbosaurus yang merupakan hasil ekspedisi tim Polandia (1963-1971), tim Jepang-Mongolia (1993-1998) dan ekspedisi Phillip John Currie pada awal milenium.
Spesimen fosil PIN 551-1 (Pavel Bockhov/Wikimedia Commons) |
Dalam jurnal buku The Princeton Field Guide to Dinosaurs karya Gregory S. Paul dari Princeton University. yang terbit pada tahun 2010. Tarbosaurus bataar memiliki ukuran panjang sekitar 10-12 meter dengan bobot sekitar 4-5 metrik ton. Ukuran ini sedikit lebih kecil dibandingkan dengan Tyrannosaurus rex, dan menjadi salah satu spesies Tyrannosauridae terbesar yang pernah ditemukan.
Perbandingan ukuran Tarbosaurus bataar dengan manusia dewasa (Steveoc 86/Wikimedia Commons) |
Dalam buku berjudul The Dinosauria karya David B. Weishampel, Peter Dodson, dan Halszka Osmólska pada tahun 2004, menyatakan bahwa Tarbosaurus memiliki ukuran tengkorak yang lebih besar dibanding Tyrannosauridae lainnya (kecuali Tyrannosaurus rex) dengan panjang mencapai 130 centimeter yang berisi 58-64 gigi taring seukuran pisang.
Diagram perbandingan antara tengkorak Tarbosaurus bataar (A) dengan Tyrannosaurus rex (B) (Jørn H. Hurum and Karol Sabath/Wikimedia Commons) |
Tengkorak sebesar ini menghasilkan gigitan berkekuatan 3628-4535 kilogram daya (8000-10.000 pon daya), yang sanggup menghancurkan tulang mangsa dan meninggalkan luka parah. Hal ini berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh François Therrien, Christopher B. Ruff dan Donald M. Henderson, dalam jurnal berjudul "Bite me: Biomechanical models of theropod mandibles and implications for feeding behavior" yang terbit pada bulan Januari 2005, melalui portal jurnal ResearchGate.
Replika fosil tengkorak Tarbosaurus bataar (FunMonk/Wikimedia Commons) |
Hal ini berhubungan juga dengan posisi Tarbosaurus sebagai pemangsa puncak dalam rantai makanan di kawasan Eurasia, yang kini menjadi Formasi Nemegt, Mongolia, berdasarkan temuan bekas gigitan Tarbosaurus pada tulang Deinocheirus mirificus, yang dilaporkan dalam jurnal "Tyrannosaur feeding traces on Deinocheirus (Theropoda:?Ornithomimosauria) remains from the Nemegt Formation (Late Cretaceous), Mongolia" karya Phil R. Bell, Philip J. Currie & Yuong-Nam Lee yang terbit pada bulan Oktober 2012, melalui portal jurnal ScienceDirect.
Ilustrasi Tarbosaurus sedang memburu Saurolophus (Durbed/Wikimedia Commons) |
Selain itu, diketahui juga, jika Tarbosaurus memiliki otak bervolume 184 centimeter kubik untuk ukuran sepanjang 12 meter dan memiliki daya penciuman yang baik untuk melacak betina saat musim kawin & berburu. Berdasarkan studi pada tengkorak Tarbosaurus oleh S. V. Saveliev dan V. R. Alifanov dalam jurnal berjudul "A new study of the brain of the predatory dinosaur Tarbosaurus bataar (Theropoda, Tyrannosauridae)" yang terbit pada bulan Mei 2007 melalui portal jurnal Paleontological Journal SpringerLink.
Replika fosil tengkorak dan leher Tarbosaurus bataar (FunkMonk/Wikimedia Commons) |
Secara kekerabatan, Tarbosaurus bataar merupakan sepupu Tyrannosaurus rex yang bermigrasi balik ke Eurasia (Tiongkok sekarang) dari Laramidia-Appalachia (Amerika Utara sekarang) melalui jembatan Beringia (Selat Bering sekarang). Berdasarkan analisis sebaran temuan fosil dinosaurus dari suku Tyrannosauridae yang dilakukan oleh Mark A. Loewen dan kolega dari University of Utah, Amerika Serikat pada 6 November 2013, dalam jurnal berjudul "Tyrant Dinosaur Evolution Tracks the Rise and Fall of Late Cretaceous Oceans" yang terbit melalui portal jurnal PLOS One.
Tiongkok bukan saja hanya menjadi tanah leluhur bagi dinosaurus di daratan Amerika, melainkan juga menyimpan banyak dinosaurus raksasa yang luar biasa dan tidak kalah dari dinosaurus Amerika. Berikutnya kita akan membahas mengenai dinosaurus dan reptil purba raksasa dari Eurasia.
No comments:
Post a Comment
Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.