Friday, March 1, 2019

Apa itu Takson Lazarus?

Pada tanggal 22 Februari 2019, publik Indonesia dikejutkan dengan temuan spesies yang sudah lama punah, yaitu Lebah Raksasa Wallace (Megachile pluto) yang ditemukan oleh Eli Wyman, ahli entomologi dari Princeton University bersama tim dari Global Wildlife Conservation (GWC) saat melakukan ekspedisi ke pedalaman hutan Maluku Utara. Dilansir oleh Kompas, Lebah Raksasa Wallace (Megachile pluto) pertama kali ditemukan oleh Alfred Russell Wallace saat menjelajahi Nusantara pada tahun 1851, kemudian ditemukan kembali pada tahun 1981, dinyatakan punah karena menyusutnya hutan dan perburuan liar. Dilansir oleh Tempo, harga seekor Lebah Raksasa Wallace (Megachile pluto) mampu mencapai kisaran harga 564.000.000 rupiah di pasar gelap.

Lebah Raksasa Wallace (Megachile pluto)
(Stavenn/Wikimedia Commons)
Fenomena munculnya kembali spesies yang sudah punah ini dikenal sebagai Takson Lazarus, hal yang umum sekaligus mengagumkan dalam keilmuan Biologi & Paleontologi. Tidak hanya menarik bagi kalangan akademisi dan intelektual, juga menarik bagi kalangan kolektor hewan langka. Namun apa itu Takson Lazarus? Simak penjelasannya berikut ini.

Takson Lazarus adalah istilah bagi spesies yang sudah dinyatakan punah namun ditemukan kembali dalam jangka waktu satu dekade lebih dan dibawah jutaan tahun. Pertama kali dicetuskan oleh  Karl W. Flessa; & David Jablonski pada tahun 1983, yang kemudian diperjelas lagi oleh Jablonski pada tahun 1986, melalui jurnal berjudul "Background and Mass Extinctions: The Alternation of Macroevolutionary Regimes" yang terbit melalui portal jurnal Nature. Istilah Lazarus yang dipakai karena mewakili tokoh dalam Injil Yohanes dalam Alkitab yang dibangkitkan kembali.

Dalam penentuan sebuah spesies dinyatakan punah atau tidak, lembaga-lembaga terkait biasanya menggunakan metode sensus populasi dan pengambilan contoh dari alam liar, baik dengan cara ekspedisi maupun pemetaan menggunakan perangkat Global Positioning System (GPS). Namun spesies yang tergolong dalam Takson Lazarus ini melakukan adaptasi dan evolusi perilaku agar bisa tetap ada walau memiliki jumlah yang sedikit. Tentu saja, karena keterbatasan tim ekspedisi dan menemui halangan medan berat di lapangan, dimana mungkin saja menjadi lokasi tempat tinggal spesies yang dianggap punah. Dalam pembuktian Takson Lazarus juga diperlukan metode pembuktian seperti membandingkan catatan fosil, data populasi saat dinyatakan punah dan uji genetika.

Hingga kini, IUCN mencatat ada 30 spesies tanaman liar, dua spesies tanaman pertanian, satu spesies porifera, satu spesies annelida, enam spesies serangga, tiga spesies ikan, 16 spesies amfibi, 24 spesies mamalia, 11 spesies reptilia, 35 spesies burung, dan tiga spesies moluska yang tergolong Takson Lazarus. Di pasar gelap, harga seekor spesies Takson Lazarus berharga sangat mahal dan menjadi incaran para kolektor hewan langka. Dibutuhkan kebijakan yang ketat dan kerjasama antara Pemerintah dengan masyarakat untuk melindungi spesies Takson Lazarus ini, agar tidak kembali dinyatakan punah.

No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.