Wednesday, March 20, 2019

Tsintaosaurus, dinosaurus berjambul unik dari Tiongkok

Tsintaosaurus spinorhinus adalah spesies dinosaurus bermoncong bebek yang berada di bawah marga Tsintaosaurini, yang merupakan anggota dari suku Hadrosauridae, yang hidup sekitar 70.000.000 tahun yang lalu di era Campanian pada masa Cretaceous akhir. Penamaan ilmiahnya berasal dari lokasi penemuan fosilnya yaitu kota Tsingtao (sekarang Qingdao) dan kata dalam bahasa Latin, yaitu spina, yang berarti duri, serta kata dalam bahasa Yunani yaitu ῥίς, rhis, "hidung".

Ilustrasi terbaru Tsintaosaurus spinorhinus
(Steveoc 86/Wikimedia Commons)
Spesimen fosil Tsintaosaurus pertama kali ditemukan berupa rangka sebagian dengan tengkorak, yang ditemukan desa Hsikou, dekat Chingkangkou, di Laiyang, Shandong, Tiongkok, pada tahun 1950, diberi kode IVPP V725. Menyusul kemudian, kembali ditemukan fosil ubun-ubun kepala di Formasi Jingangkou, Tsingtao, Tiongkok, diberi kode IVPP V818, Pada tahun 1958, dinyatakan sebagai spesies dinosaurus ornithopoda terbaru oleh Yang Zhongjian, ahli paleontologi Tiongkok. Awalnya diberi nama Tanius chingkankouensis, kemudian diubah menjadi Tsintaosaurus spinorhinus.

Spesimen fosil IVPP V725
(Prieto-Márquez/Wikimedia Commons)
Tsintaosaurus spinorhinus memiliki ukuran panjang sekitar 8,3 meter (27 kaki) dan berbobot sekitar 2,5 ton, menurut perhitungan Gregory S. Paul pada tahun 2010. Dengan ciri antara lain, badan besar, biasa bergerak dengan empat kaki, namun kadang berdiri dua kaki saat menjangkau daun di pucuk pohon, memiliki mulut pipih dengan gigi tumpul bergerigi dan memiliki jengger yang panjang diatas kepalanya, yang memiliki panjang 40 centimeter. 

Perbandingan antara manusia dewasa dengan Tsintaosaurus
(Slate Weasel/Wikimedia Commons)
Awalnya, jengger Tsintaosaurus yang memiliki wujud tegak lurus, diduga berfungsi layaknya tanduk. Namun pada tahun 1990, tulang jengger diduga sebagai perpanjangan tulang hidung yang rusak, oleh David Weishampel dan Jack Horner. Menyusul kemudian pada tahun 1993, Eric Buffetaut melakukan rekonstruksi ulang, dan menemukan bahwa wujud tulang jengger Tsintaosaurus mirip dengan milik Corythosaurus casuarius, berupa lengkungan. Lalu pada tahun 2013, Albert Prieto-Márquez & Jonathan Wagner melakukan penelitian kegunaan jengger Tsintaosaurus menggunakan spesimen tengkorak berkode IVPP V829, menyimpulkan bahwa jengger tersebut berguna sebagai pencipta suara raungan khas, ornamen biologis untuk menarik perhatian betina dan jendela suhu, untuk mengalirkan panas tubuh ke luar. Bisa disamakan dengan kegunaan jengger pada burung Kasuari masa kini.

Rekonstruksi ulang fosil tengkorak Tsintaosaurus (IVPP V829)
(Prieto-Márquez/Wikimedia Commons)
Secara perilaku, Tsintaosaurus hidup secara berkelompok, sama seperti dinosaurus bermoncong bebek lainnya, agar bisa melindungi diri dari pemangsa besar seperti Tarbosaurus bataar dan Zhuchengtyrannus magnus. Selain itu, diduga Tsintaosaurus merawat anak-anaknya layaknya Maiasaura, berdasarkan temuan fosil sarang Tsintaosaurus di Formasi Jiangjunding, Kawasan Wangshi, Shandong, Tiongkok pada tahun 2013. Temuan ini dilaporkan dalam jurnal berjudul "Dinosaur diversity during the transition between the middle and late parts of the Late Cretaceous in eastern Shandong Province, China: Evidence from dinosaur eggshells" karya ZiKui Zhao dan kolega pada tanggal 24 November 2013 yang terbit melalui Chinese Science Bulletin.

Secara kekerabatan, Tsintaosaurus termasuk dalam klad Lambeosaurinae, berada dalam marga Tsintaosaurini, dan berkerabat dekat dengan Pararhabdodon dan Koutalisaurus. Berdasarkan penelitian Prieto-Márquez dalam jurnal berjudul "Diversity, Relationships, and Biogeography of the Lambeosaurine Dinosaurs from the European Archipelago, with Description of the New Aralosaurin Canardia garonnensis" yang terbit melalui portal jurnal PLOS One pada 26 Juli 2013. 

Dalam hal temuan dinosaurus herbivora, Tiongkok memiliki banyak dinosaurus dari jenis moncong bebek, sama banyaknya dengan yang ditemukan di Amerika Serikat. Membuktikan bahwa daratan Eurasia merupakan daratan yang kaya akan keanekaragaman hayati sejak masa purba. Temuan ini juga membuka khazanah dan paradigma baru mengenai migrasi besar dinosaurus saat benua Asia dan Amerika masih dihubungkan oleh Beringia, yang kini menjadi Alaska dan Selat Bering. 

No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.