Pikaia gracilens adalah spesies chordata bertubuh lunak yang merupakan anggota satu-satunya dalam genus Pikaia di bawah suku Pikaiidae, yang hidup pada 530.000.000 tahun lalu di masa Kambrium. Penamaan ilmiahnya diambil dari puncak tertinggi di Alberta, Kanada yaitu Puncak Pika, Gunung Alberta.
Ilustrasi Pikaia gracilens (Nobu Tamura/Wikimedia Commons) |
Spesimen fosil Pikaia pertama kali ditemukan oleh Charles Walcott, pada tahun 1911 di Formasi Burgess Shale, British Columbia, Kanada, berupa fosil yang tercetak di batuan gamping. Awalnya diidentifikasi sebagai cacing beruas, kemudian pada tahun 1979, Simon Conway Morris menemukan keberadaan proto-notokordia dalam fosil Pikaia, yang kemudian dimasukan dalam golongan Chordata. Hingga kini sudah ditemukan 114 spesimen fosil Pikaia.
Spesimen fosil Pikaia gracilens di Museum Smithsonian, Washington DC (Jstuby/Wikimedia Commons) |
Menurut perkiraan Simon Morris (2012), Pikaia gracilens memiliki ukuran mungil, sekitar 3,8 centimeter (1 1⁄2 inchi), dengan ciri antara lain, bertubuh halus, memiliki sirip ekor dan mulut tan[a rahang dengan sepasang peraba di ujung mulutnya, bergerak dari kiri ke kanan saat berenang serta tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, badan dan ekor. Bernafas menggunakan insang.
Bagan perbandingan Pikaia dengan hewan Kambrium lainnya (Dinoguy2/Wikimedia Commons) |
Temuan proto-notokordia dalam fosil menandakan Pikaia sebagai spesies chordata primitif, yang merupakan leluhur dari hewan vertebrata modern. Secara fisik, Pikaia mirip dengan ikan Hagfish dan Belut Lamprey, yang merupakan ikan purba tak berahang. Namun yang membedakan ialah sistem pencernaan Pikaia yang masih ringkas dan primitif. Secara fitur lebih maju ketimbang Haikouichthys dan Myllokunmingia, yang ditemukan di Tiongkok, yaitu dengan mengembangkan kepala dengan sensor peraba dan saraf pusat, yang menjadi cikal bakal kepala dan otak vertebrata modern.
Rekonstruksi ilmiah Pikaia gracilens (Apokryltaros/Wikimedia Commons) |
Menurut Douglas Palmer (1999), Pikaia kekerabatannya lebih dekat dengan ikan lancelet dari suku Branchiostoma. Berdasarkan analisa anatomi, fisiologi dan morfologi antara fosil Pikaia dan ikan lancelet. Diduga terjadi perlambatan evolusi, karena habitat dan ekosistem ikan lancelet dalam gua dan relung lautan tidak banyak berubah.
No comments:
Post a Comment
Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.