Sunday, July 28, 2019

MIskonsepsi Mamalia Laut Raksasa

Sebagai penguasa lautan berukuran raksasa, Paus turut mempengaruhi peradaban manusia sejak 3000 tahun yang lalu. Kemunculannya di lautan, sering diartikan macam-macam oleh peradaban manusia, mulai dari dianggap sebagai monster laut hingga penanda kehadiran ikan. Selain itu, hadir pula kesalahpahaman dari masyarakat awam tentang Paus, Lumba-lumba, dan Pesut. Dalam artikel ini akan membahas mengenai kesalahpahaman atau miskonsepsi mengenai mamalia laut raksasa dari ordo Cetacea ini, disertai dengan penjelasan ilmiahnya.

Sekawanan Paus Bungkuk sedang memakan udang rebon (krilll)
(Evadb/Wikimedia Coimmons)
Paus termasuk golongan ikan

Pernyataan tersebut sepenuhnya salah, karena Paus merupakan mamalia yang berdarah panas, berkembang-biak dengan cara melahirkan, bernafas dengan paru-paru, berbulu dan menyusui, karena punya kalenjar susu (glandula mamae). Berbeda dari ikan yang berdarah dingin, bernafas dengan insang, bersisik dan bertelur. Selain itu, ciri utama Paus, Lumba-lumba dan Pesut yang membedakan dengan ikan ialah sirip ekornya yang mendatar (horizontal), bukan tegak (vertikal) seperti ikan.

Paus menyemburkan air lewat lubang sembur

Pernyataan ini juga salah, karena yang disemburkan oleh Paus, Lumba-lumba dan Pesut adalah air, karena lubang sembur ordo Cetacea tersambung dengan paru-paru dan merupakan modifikasi dari hidung (nostril) mamalia. Dalam membuang air, Paus, Lumba-lumba dan Pesut, melalui air kencing untuk golongan Paus Bergigi (Odontoceti) dan menyemburkan lewat mulut setelah menyaring krill maupun ikan kecil untuk golongan Paus Balin (Mysticeti). Tentu bagi mamalia laut, paru-paru yang terisi oleh air sama saja dengan tenggelam.

Paus memiliki sirip seperti ikan, bukan kaki

Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah, karena secara kasat mata memang alat gerak Paus menyerupai sirip pada ikan, namun bukanlah sirip sejati, melainkan sirip kaki karena merupakan modifikasi dari kaki, hasil evolusi selama 55.000.000 tahun. Sirip kaki pada mamalia laut raksasa memiliki cara kerja yang masih sama seperti mamalia darat berkuku genap (Artiodactyla) yaitu berderap, hanya saja ini berenang.

Paus adalah hewan buta, hanya mengandalkan ekolokasi

Lagi-lagi, pernyataan ini juga salah, karena Paus, Lumba-lumba dan Pesut tetap memiliki pandangan bagus, walau tidak sebaik daya penglihatan manusia, karena 100 kali lebih lemah dibanding manusia. Penurunan daya penglihatan ini karena mata mamalia laut raksasa ini tidak memiliki lapisan fovea dalam bola mata. Lapisan fovea berfungsi sebagai letak titik fokus penglihatan mamalia. Seperti pembahasan di artikel sebelumnya, Paus, Lumba-lumba dan Pesut menggunakan ekolokasi hanya pada saat berada di laut dalam dan kondisi air keruh.

Paus sanggup meminum air asin saat berada di laut lepas

Untuk pernyataan yang terakhir ini, tidak sepenuhnya salah, karena mamalia laut raksasa ini terkadang meminum air asin, baik saat berada di laut lepas yang jauh dari muara sungai atau menyerap cairan saat memakan ikan/krustasea. Kinerja ginjal mamalia laut mampu menurunkan kadar garam dalam cairan hingga sepertiga-nya, sehingga membuatnya terhindar dari dehidrasi. Bila membutuhkan suplai air tawar, untuk anggota ordo Cetacea yang berukuran kecil dan sedang akan memasuki sungai, sementara yang berukuran besar hanya akan sampai di pinggiran muara saja.

Tentu hanya lima poin kesalahpahaman/miskonsepsi umum mengenai yang bisa dicantumkan dalam artikel ini, karena tidak mungkin seluruhnya bisa muat dalam artikel ini. Artikel ini hanya bertujuan untuk meluruskan kesalahpahaman yang ada dan supaya tidak lagi ada kesalahpahaman tentang mamalia laut raksasa yang luar biasa ini.




No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.