Monday, August 19, 2019

Orangutan, si primata besar Nusantara

Orangutan adalah nama umum bagi tiga spesies primata besar dari genus Pongo, dibawah sub-suku Ponginae dan suku Hominidae. Memiliki sebutan lokal yaitu Mawas, Orang-utan, Orangutang, atau Orang-utang. Di Indonesia memiliki tiga spesies Orangutan yaitu Orangutan Sumatra (Pongo pygmaeus), Orangutan Kalimantan (Pongo abelii) dan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Sementara di Sabah, Malaysia, dikenal sebagai Kera Merah.

Orangutan Kalimantan (kanan), Orangutan Sumatra (tengah) & Orangutan Tapanuli (kiri)
(Eric Kilby Aiwok/Wikimedia Commons)
Leluhur subsuku Ponginae berpisah dalam jalur evolusi dengan primata modern lainnya sekitar 16.000.000-19.000.000 tahun yang lalu, kemudian. Pongo merupakan satu-satunya genus yang tersisa dan masih bertahan di masa modern, setelah kerabatnya, Gigantopithecus blackii, punah di akhir Pleistosen. Secara kekerabatan, Orangutan Tapanuli berpisah dengan Orangutan Sumatera sekitar 3.400.000 tahun yang lalu, sementara Orangutan Tapanuli berpisah dengan Orangutan Kalimantan pada 670.000 tahun yang lalu. Pertama kali dicatat dalam keilmuan biologi oleh Carolus Linnaeus dalam buku Systema Naturae pada tahun 1760.

Bagan evolusi dan persebaran Orangutan
(CELL Biology)
Orangutan memiliki ukuran  tinggi mencapai 115 centimeter dengan bobot 37 kilogram untuk betina dan pejantan mampu mencapai tinggi 137 centimeter dengan bobot 76 kilogram, memiliki panjang lengan hingga 200 centimeter dengan lima jari yang memiliki jempol berkebalikan, untuk bergelantungan diatas pohon dan menjaga keseimbangan diatas kanopi pohon. Orangutan jantan memiliki pipi bergelambir di wajahnya yang digunakan sebagai pembeda seksual dan menarik perhatian betina saat musim kawin. Jika berada di darat, Orangutan merupakan hewan semi-bipedal.

Orangutan Sumatra berinteraksi dengan manusia
(Andi Ramadhan/Wikimedia Commons)
Orangutan merupakan primata omnivora di hutan hujan tropis di ketinggian sekitar 1000-1500 meter diatas permukaan laut, yang memakan 317 jenis makanan seperti buah-buahan, madu hutan, serangga pohon dan telur burung. Dalam sehari, Orangutan membutuhkan 2000-11.000 kalori. Bahkan diketahui, Orangutan mengonsumsi buah dari tanaman Strychnos ignatii yang beracun, namun tidak berefek apapun bagi primata besar tersebut karena kalenjar ludahnya menetralkan racun dalam buah. Di alam liar, Orangutan merupakan mangsa alami dar Harimau Sumatera, Ajag, Kucing Dahan, Sanca Batik dan Buaya Muara.

Orangutan Kalimantan sedang memakan kelapa muda
(Eleifert/Wikimedia Commons)
Orangutan memiliki kecerdasan memadai, namun tidak lebih cerdas daripada Simpanse atau Kera Abu-abu. Letak kecerdasan Orangutan ada di kemampuannya dalam memanfaatkan benda disekitarnya sebagai alat untuk menunjang kehidupannya, seperti memakai ranting untuk mengambil serangga yang ada di pohon, menyusun dedaunan sebagai bantal saat tidur dan menggunakan tempurung kelapa untuk mengambul air saat minum. Di penangkaran, Orangutan sering bermain menggunakan ember dan obyek lainnya yang disediakan penangkar dalam kandang. Dalam berkomunikasi dengan sesama-nya, Orangutan diketahui menggunakan bahasa isyarat dengan jumlah mencapai 40 tanda dan sesekali meraung saat memperebutkan betina di musim kawin.

Orangutan Sumatra bermain dengan ember di  Philadelphia Zoo, Amerika Serikat
(Postdlf/Wikimedia Commons)
Orangutan merupakan hewan penyendiri, memiliki daya jelajah hingga 100 kilometer, dengan musim kawin yang tidak menentu dan bisa setiap saat, jika Orangutan sudah matang seksual di usia 14–15 tahun. Dalam masa birahi, Orangutan pejantan akan meraung untuk memanggil betina dan kawin diatas kanopi pohon yang jauh dari gangguan. Setelah kawin, Orangutan betina akan mengandung selama 245–275 hari (9 bulan) dan hanya melahirkan seekor anakan. Orangutan anakan menyusui induknya hingga umur 2 tahun, berada digendongan induknya hingga umur 6 tahun dan mandiri pada umur 11 tahun. Dalam membesarkan anaknya, Orangutan pejantan tinggal bersama betina hingga anakan cukup umur. Di alam liar, Orangutan mampu mencapai usia 45 tahun, sementara di penangkaran mencapai usia 55 tahun.

Anakan Orangutan berusia empat bulan.
(Spolloman/Wikimedia Commons)
Orangutan tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan, dengan populasi Orangutan Kalimantan mencapai 54,567 ekor, Orangutan Tapanuli mencapai 800 ekor dan Orangutan Sumatera mencapai 7467 ekor di alam liar, dengan sebaran mencapai 20.552 kilometer persegi. Tiap tahun, sekitar 1.000–5.000 ekor Orangutan mati diburu dan terserang wabah, dengan tingkat natalitas dibawah 10% tiap tahun. Pada tahun 2016, IUCN menetapkan status Orangutan menjadi Kritis (Critically Endangered) dan CITES memasukannya dalam Appendix I. Di Indonesia, Orangutan dilindungi dalam UU nomor 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999. Untuk menambah populasi Orangutan, Pemerintah Indonesia menunjuk seluruh kebun binatang dan taman safari sebagai pusat konservasi kera besar tersebut. Menyusul kemudian, Taman Nasional Tanjung Puting sebagai pusat konservasi Orangutan Kalimantan, Taman Nasional Gunung Leuser sebagai pusat konservasi Orangutan Sumatra dan Cagar Alam Batang Toru sebagai pusat konservasi Orangutan Tapanuli.

Peta persebaran Orangutan di Indonesia
(Fabio b/Wikimedia Commons)
Untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum, lembaga konservasi di dunia menetapkan tanggal 19 Agustus sebagai Hari Orangutan Sedunia, sejak tahun 1992. Tentu menurunnya populasi Orangutan di alam liar akan berpengaruh besar pada keseimbangan hutan hujan tropis dan memperlambat proses restorasi hutan. Orangutan memiliki peran sebagai penyebar biji di hutan hujan tropis.

No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.