Thursday, September 5, 2019

Hutan Amazon, sang paru-paru dunia

Hutan Amazon atau Amazon atau Amazonia adalah wilayah hutan hujan tropis yang memiliki luas mencapai 5.500.000 kilometer persegi (2.100.000 mil persegi), yang terletak diatas cekungan seluas 7.000.000 kilometer persegi (2.700.000 mil persegi) dengan rincian 58,4%, berada di Brazil, Peru dengan 12,8%, Bolivia dengan 7,7%, Kolombia dengan 7,1%, Venezuela dengan 6,1%, Guyana dengan 3,1%, Suriname dengan 2,5%, Guyana Perancis dengan 1,4%, dan Ekuador dengan 1%. Penamaannya diambil dari legenda suku pejuang wanita Yunani dalam epos yang ditulis Herodotus, yang diberikan oleh Francisco de Orellana, penjelajah Spanyol, saat melihat kaum wanita dari suku pedalaman ikut berperang dalam konflik antar suku.

Sungai Amazon yang membelah Hutan Amazon
(Jorge.kike.medina /Wikimedia Commons)
Hutan Amazon sudah muncul sejak 56.000.000 tahun yang lalu di masa Eosen di periode awal masa Kenozoikum. Diduga, hutan hujan terbesar di dunia ini muncul akibat tanah subur pasca-tumbukan asteroid di Chicxulub, Semenanjung Yukatan, Meksiko pada 65.000.000 tahun yang lalu dan menghangatnya suhu Bumi di masa Paleogen. Pada masa Mezosoikum, wilayah basin Amazon adalah sabana. Selain itu, pergerakan lempeng tektonik di Busur Purus membuat aliran sungai berubah dari barat menjadi ke timur, bermuara ke Samudera Atlantik. Pertama kali dihuni oleh manusia pada 11.200 tahun yang lalu di akhir Zaman Es, kemudian peradaban di Amazon pertama kali muncul pada 1250 Sebelum Masehi. Kini, wilayah cekungan Amazon dihuni oleh 33.000.000 jiwa yang tersebar di delapan negara, dengan tingkat kepadatan mencapai 0,2 jiwa per kilometer persegi. Diperkirakan ada 100 klan suku terpencil di pedalaman Amazon, yang belum didata oleh Pemerintah setempat.

Peta Hutan Amazon (garis putih) dan Cekungan Amanzon (garis biru)
(Aymatth2/Wikimedia Commons)
Hutan Amazon merupakan habitat bagi 2.500.000 spesies serangga, 10.000-40.000 spesies tanaman, 2200 spesies ikan, 1294 spesies burung, 427 spesies mamalia, 428 spesies amfibi, 378 spesies reptil dan 96,660-128,843 spesies invertebrata, yang sudah didata secara ilmiah. Kemungkinan jumlah spesies yang ada di Hutan Amazon semakin bertambah, karena digunakan sebagai pusat studi alam oleh ilmuwan di seluruh dunia. Terdapat spesies endemik di Hutan Amazon seperti Jaguar (Panthera onca), Anakonda (Eunectes murinus), Belut Listrik (Electrophorus electricus), Buaya Caiman (Melanosuchus niger), Katak Panah Beracun (Ameerega altamazonica), Kelelawar Vampir (Desmodus rufus), ikan Piranha (Pygocentrus nattereri), Pirarucu (Arapaima gigas), Candiru (Vandellia cirrhosa), Katak Suriname (Pipa pipa) dan Semut Peluru (Paraponera clavata). Menjadi wilayah dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menjadi pemasok 30% bagi oksigen di atmosfer Bumi.

Jaguar (Panthera onca), spesies kucing besar endemik Amazon
(Charles J Sharp/ Sharp Photography)
Berdasarkan temuan pada tanggal 13 Agustus 2019, melalui pantauan dan penginderaan jarak jauh satelit CALIPSO milik NASA, ditemukan adanya interaksi antara Gurun Sahara dengan Hutan Amazon, berupa debu pasir yang berhembus dari cekungan Bodélé, barat Chad, yang melintasi 2600 kilometer Samudera Atlantik menuju ke lintang 35 derajat dimana ada 27.700.00 ton (15%) jatuh ke kawasan Hutan Amazon (22.00.000 ton mengandung fosfor). Begitu pula sebaliknya, yaitu asap dan abu bekas terbakarnya Hutan Amazon berhembus ke Gurun Sahara dan menyuburkan wilayah gurun terluas di dunia tersebut. Menjadi bukti adanya interaksi antar biomassa terbesar dan terluas di dunia.

Hembusan debu pasir dari Gurun Sahara ke Hutan Amazon,
pada musim  dingin (DJF), semi (MAM), panas (JJA), dan gugur (SON)
(Anne E. Barkley dkk, 2019)
Hembusan abu kebakaran Hutan Amazon ke Gurun Sahara,
pada musim  dingin (DJF), semi (MAM), panas (JJA), dan gugur (SON)
(Anne E. Barkley dkk, 2019)
Namun, Hutan Amazon keberadaannya semakin terancam akibat perambahan hutan yang mencapai  20–25% atau sekitar 415.000-587.000 kilometer persegi (160,000-227,000 mil persegi) dan kebakaran hutan yang melahap hampir 88% yang terjadi pada 14 hari ini, sejak tanggal 28 Agustus 2019. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan hutan Amazon, tiap tanggal 5 September diperingati sebagai Hari Hutan Hujan Amazon (Amazon Rainforest Day). Sementara Uni Eropa membuat pakta European Union–Mercosur Free Trade Agreement dengan delapan negara di cekungan Amazon untuk melindungi keanekaragaman hayati dan plasma nutfah di hutan hujan terbesar di dunia dari bahaya perdagangan flora-fauna ilegal. Tanpa kehadiran Hutan Amazon tentu akan mempengaruhi iklim dunia secara signifikan dan berpengaruh pada peradaban manusia.

1 comment:

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.