Saturday, October 5, 2019

Pari Bintik Biru, si Sengat Berbisa

Pari Bintik Biru (Taeniura lymma) adalah spesies ikan bertulang rawan dibawah genus Taeniura dan suku Dasyatidae. Memiliki nama umum lainnya itu Bluespotted ribbontail ray, bluespotted ray, bluespotted fantail ray, bluespotted lagoon ray, bluespotted stingray, fantail ray, lesser fantail ray, lagoon ray, reef ray, ribbon-tailed stingray, dan ribbontail stingray. Penamaan ilmiahnya diambil dari bahasa Latin yaitu lymma, yang berarti "kotor".

Pari Bintik Biru (Taeniura lymma)
(Jens Petersen/Wikimedia Commons)
Berdasarkan catatan fosil, suku Dasyatidae sudah muncul sejak 65.000.000 tahun yang lalu di awal masa Kenozoikum. Pertama kali dideskripsikan dalam ilmu biologi oleh Peter Forsskål, naturalis Swedia dalam buku 1775 Descriptiones Animalium quae in itinere ad maris australis terras per annos 1772, 1773, et 1774 suscepto collegit, observavit, et delineavit Joannes Reinlioldus Forster, etc., curante Henrico Lichtenstein. Penamaan genusnya pertama kali diberikan oleh  Johannes Peter Müller dan Friedrich Gustav Jakob Henle, ahli biologi Jerman pada tahun 1837. Memiliki sinonim ilmiah antara lain Raja lymma (Forsskål, 1775) dan Trygon ornatus (Gray, 1830).

Pari Bintik Biru memiliki ukuran mencapai lebar tubuh 35 centimeter (14 inchi), panjang tubuh 80 centimeter (31 inchi) dan berbobot 5 kilogram (11 pon). Dengan ciri-ciri tubuh pipih, berbintik kebiruan dengan warna kulit dasar berwarna coklat dan memiliki ekor cambuk bersengat dengan panjang 1,5 kali lipat lebih besar dari panjang tubuhnya. Keberadaan warna mencolok menandakan keberadaan bisa, untuk menakuti pemangsa. Merupakan spesies Pari terkecil dalam ordo Batoidea.

Pari Bintik Biru (Taeniura lymma) memiliki warna mencolok
(Nicolai Johannesen/Wikimedia Commons)
Dalam berburu mangsa, Pari Bintik Biru akan mengubur diri dalam pasir dan menunggu ikan atau  krustasea lewat, dan melacak mangsa menggunakan organ ampula lorenzini yang terletak di atas kening. Setelah menyergap mangsa berupa ikan dasar laut, ikan karang, krustasea karang dan moluska karang, Pari Bintik Biru akan langsung menggigitnya menggunakan rahang berisi 15-24 buah gigi dan membunuh mangsa menggunakan organ elektrostatik di rusuknya yang mampu mengeluarkan daya mencapai 220 volt. Di alam liar terjangkit parasit air asin antara lain Berrapex manjajiae, Anthobothrium taeniuri, Cephalobothrium taeniurai, Echinobothrium elegans and E. helmymohamedi, Kotorelliella jonesi, Polypocephalus saoudi, Rhinebothrium ghardaguensis, R. taeniuri, Decacotyle lymmae, Empruthotrema quindecima, Entobdella australis, Pseudohexabothrium taeniurae, Pedunculacetabulum ghardaguensis, Anaporrhutum albidum, Mawsonascaris australis, Sheina orri, dan Trypanosoma taeniurae.

Pari Bintik Biru (Taeniura lymma) di Taman Nasional Komodo
(Nhobgood/Wikimedia Commons)
Pari Bintik Biru merupakan mangsa alami bagi Hiu Martil, Lumba-lumba Hidung Botol dan Paus Orca. sehingga melindungi diri menggunakan sengat yang berada di ekornya. Sengat tersebut mengandung bisa tingkat rendah, yang tidak mematikan bila tersengat di bagian bukan organ vital dan tidak memiliki sindrom alergi khusus. Rasa sakit akibat sengat Pari Bintik Biru berlangsung 30-60 menit di awal sengatan, dan selama 48 jam, disertai dengan demam, menggigil, pusing dan mual. Kasus kematian sengatan Pari Bintik Biru terakhir terjadi pada tahun 2006, yaitu Steve Irwin, presentar acara televisi Australia, yang disengat ratusan kali oleh Pari Bintik Biru saat menjalani sesi liputan bawah laut, di Kawasan Karang Penghalang Besar, Queensland. Mendiang meninggal akibat luka tusukan parah dan akumulasi kontaminasi racun di organ jantung, yang merusak aorta dan nadi utama. Namun bila disengat di bagian tubuh yang bukan organ vital dan tidak memiliki alergi, maka peluang selamat diatas 75%.

Pari Bintik Biru (Taeniura lymma) sedang bersembunyi di karang
(jon hanson/Wikimedia Commons)
Pada musim kawin di musim panas, Pari Bintik Biru jantan akan membuahi betina dengan menumpuk tubuhnya. Setelah berhasil dibuahi, Pari Bintik Biru betina akan mengandung selama 4-12 bulan, yang akan melahirkan anakan sekitar 7-15 ekor. Anakan Pari Bintik Biru memiliki ukuran lebar tubuh sekitar 13–14 centimeter (5,1–5,5 inchi), dimana penjantan akan mencapai usia matang mencapai lebar tubuh 20–21 centimeter (7.9–8.3 inchi). Sementara ukuran kematangan betina belum diketahui. Salah satu spesies ikan Pari yang bisa dipelihara dirumah namun memiliki angka harapan hidup lebih rendah dibanding di alam liar.

Anakan Pari Bintik Biru (Taeniura lymma) di sebuah akuarium
(Flickr)
Pari Bintik Biru tersebar di perairan tropis, di kedalaman 30 meter, tersebar antara lain Samudera Hindia hingga Afrika Selatan, dari Semenanjung Arabia ke Asia Tenggara, termasuk  Madagaskar, Mauritius, Zanzibar, Seiselensa, Sri Lanka, dan Maladewa. Langka ditemukan di Teluk Persia dan Teluk Oman. Sementara di Samudera Pasifik, dapat ditemukan di Filipina hingga Australia dan Selandia Baru. Berada dalam status Hampir Terancam (Near Threatened) oleh IUCN, karena diburu untuk menjadi bahan olahan masakan tradisional di kawasan Asia Tenggara, Afrika Timur dan Australia. Biasanya diburu menggunakan pukat, trawl, dan peralatan mancing biasa. 

Peta persebaran Pari Bintik Biru (Taeniura lymma)
(IUCN)
Di Indonesia, belum ada regulasi khusus yang melindungi Pari Bintk Biru, sehingga kita bisa menemukannya di pasar ikan, baik di daring maupun di pasar nyata. karena keberadaan bintik biru yang menarik bagi kolektor dan penggemar ikan hias. Pada tahun 2011-2013, European Association of Zoos and Aquaria melakukan ujcoba memelihara Pari Bintik Biru di akuarium hias, dan sukses melahirkan 15 anakan, walau usia indukan tidak berumur panjang.



No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.