Tuesday, November 5, 2019

Chiroptera, ordo mamalia bersayap

Chiroptera adalah ordo mamalia bersayap yang berada dibawah super-ordo Scrotifera, memiliki ciri antara lain menyusui, memiliki sayap dengan selaput terbang (patagium), memiliki organ ekolokasi, pola hidup nokturnal dan memiliki perilaku tidur secara terbalik. Penamaan ordo Chiroptera berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu χείρ – cheir, "tangan" dan πτερόν – pteron, "sayap".

gambar kolase ordo Chiroptera, mamalia bersayap
(Batworld)
Berdasarkan catatan fosil, ordo Chiroptera muncul sejak 55.000.000 tahun yang lalu di masa Eosen, berbagi nenek moyang yang sama dengan ordo Scandentiia, yaitu Zhangheotherium quinquecuspidens, yang muncul pada 145.000.000-125.000.000 tahun yang lalu di masa Jurassik. Kelelawar pertama muncul pada 55.000.000 tahun yang lalu, yaitu  Hassianycteris kumari. Subordo Megachiroptera berpisah dengan subordo Microchiroptera pada 48.000.000-31.000.000 tahun yang lalu. Pertama kali dideskripsikan secara ilmiah oleh Johann Friedrich Blumenbach pada tahun 1779. Merupakan satu-satunya ordo mamalia terbang yang ada di Bumi.

Bagan evolusi ordo Chiroptera, mamalia bersayap
(Byrnes, Libby, Lim & Spence. 2011)
Ordo Chiroptera memiliki dua subordo, dua grup, delapan belas suku dan 1200 spesies, menjadi ordo terbesar kedua di dunia setelah ordo Rodentia, mamalia pengerat. Spesies kelelawar yang terkecil adalah Kelelawar hidung babi Kitti (Craseonycteris thonglongyai) yang memiliki ukuran panjang tubuh sekitar 29–34 milimeter (1.14–1.34 in), rentang sayap mencapai 15 centimeter (5.91 in) dan berbobot sekitar 2–2,6 gram (0,07–0.09 ons). Sementara spesies kelelawar terbesar adalah Kalong (Acerodon jubatus) yang memiliki rentang sayap hingga 170 centimeter (5 kaki 7 inchi) dengan bobot mencapai 1,6 kilogram (4 pon). Sementara spesies tercepat adalah Kelelawar Tak Berekor Meksiko (Tadarida brasiliensis) yang mampu mencapai kecepatan 160 kilometer per jam (99 mil per jam).

Ragam bentuk dan ukuran ordo Chiroptera, mamalia bersayap
(Wikimedia Commons)
Megachiroptera adalah subordo kelelawar yang pertama kali dideskripsikan oleh John Edward Gray, ahli biologi Inggris Raya pada tahun 1821, memiliki ciri antara lain tubuh yang besar dengan bentangan sayap yang panjang, tidak memiliki organ ekolokasi, jari jempol dan telunjuk menjadi sisi sayap & jari kelingking dan jari manis menjadi tepi kemudi dan tidak memiliki ekor. Merupakan hewan pemakan buah (fugivora) yang mengandalkan mata dengan diameter sekitar 5-12 milimeter dengan ketebalan mencapai 350.000–800.000 sel per milimeter persegi. Dalam memakan buah menggunakan 24-34 gigi. Kawin pada bulan Juni-November dengan masa mengandung mencapai 11 bulan, dan mampu melahirkan hingga dua ekor anakan yang menyusui hingga mencapai bobot 71% dari bobot tubuh induknya. Hanya memiliki satu suku yaitu Pteropodidae berisi enam subsuku, dan 47 genus. Di Indonesia dikenal dengan sebutan Kaluang, Kalong dan Codot.

Kawanan Kalong Merah (Pteropus scapulatus)
(Mdk572/Wikimedia Commons)
Microchiroptera adalah subordo kelelawar yang pertama kali dicetuskan oleh George Edward Dobson, ilmuwan Irlandia pada tahun 1875, memiliki ciri antara lain tubuh relatif kecil, memiliki telinga yang panjang sebagai penjaga suhu tubuh saat terbang, memiliki organ ekolokasi, mata yang kecil dengan penglihatan buruk, cakar pada jari telunjuk pada sayap dan memiliki ekor pendek. Memiliki ragam makanan yaitu pemakan daging (karnivora), pemakan serangga (insektivora), pemakan darah (sanguinivora), pemakan nektar (nektarivora) dan pemakan buah (fugivora). Saat mencari makanan menggunakan pantulan gema yang dipancarkan dan ditangkap kembali oleh organ ekolokasi yang berada didalam hidung. Masa kawin berada di bulan Mei-Juni di belahan utara, dan November-Desember di belahan selatan Bumi, dengan masa mengandung 6 bulan, dan hanya melahirkan seekor anakan berbobot 40% dari bobot induknya, yang menyusui induknya sambil terbang hingga matang seksual. Terdiri dari dua grup yang berisi tujuhbelas suku. Di Indonesia, biasa dikenal dengan sebutan Kampret. Sementara diluar negeri dikenal dengan nama Microbat.

Kelelawar Telinga Besar Townsend (Corynorhinus townsendii)
(Wikimedia Commons)
Ordo Chiroptera tersebar di seluruh wilayah Bumi, kecuali Greenland, Kutub Utara dan Kutub Selatan. Berdasarkan data IUCN, terdapat 756 spesies kelelawar berada dalam status Resiko Rendah (Least Concern), 234 spesies kelelawar berada dalam status Kekurangan Data (Data Deficient), 107 spesies kelelawar berada dalam status Rentan Punah (Vulnerable), 80 spesies kelelawar berada dalam status Dekat Terancam Punah (Near Threatened), 56 spesies kelelawar berada dalam status Terancam Punah (Endangered), 23 spesies kelelawar berada dalam status Kritis (Critically Endangered), dan lima spesies kelelawar sudah dinyatakan Punah (Extinct), yaitu Kelelawar Pulau Natal (Pipistrellus murayi), Kalong Palau Besar (Pteropus pilosus), Kalong Pulau Percy (Pteropus brunneus), Kalong Guam (Pteropus tokudae) dan Kalong  Mascarena Kecil (Pteropus subniger). Dimana ancaman terbesar ordo Chiroptera adalah eksploitasi hutan dataran tinggi dan hutan bakau yang membuat kawanan kelelawar tersingkir dari ekosistem.

Pete persebaran ordo Chiroptera, mamalia bersayap
(Wikimedia Commons)
Dalam ekosistem, ordo Chiroptera memiliki peran sebagai penyerbuk alami, pengendali populasi serangga atau hama pertanian, dan penyebar biji-bijian, karena dalam mencari makan mampu menempuh radius 38 kilometer persegi dan membawa 3-14 gram, hingga 50 gram biji-bijain dalam semalam. Walau ada beberapa jenis kelelawar yang menyebarkan penyakit zoonosis seperti virus Nipah. Dalam peradaban manusia, ordo Chiroptera dianggap sebagai simbol kehadiran makhluk gaib, pembawa bencana dan menjadi obyek fiksi horror dalam budaya pop, bahkan menjadi nama panggilan bagi kubu pendukung politik di Indonesia. Menjadi simbol dan corak pahlawan super katya DC Comics yaitu Batman.



No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.