Thursday, November 7, 2019

Proboscidea, ordo mamalia berbelalai

Proboscidea adalah ordo mamalia berbelalai yang berada dibawah superordo Tethytheria, yang memiliki ciri antara lain memiliki otot hidung yang menjadi belalai, memiliki gading, kaki dengan tiga jari, berdarah panas, berbulu dan bertubuh gempal. Penamaan ilmiahnya diambil dari kata dalam bahasa Yunani yaitu προβοσκίς dan kata dalam bahasa Latin yaitu proboscis, yang berarti belalai.

Gambar ordo Proboscidea, mamalia berbelalai
(Locolobo)
Berdasarkan catatan fosil, ordo Proboscidea muncul pertama kali pada 60.000.000 tahun yang lalu, berevolusi dari nenek moyang yaitu Eritherium azzouzorum, yang muncul di masa Paleosen. Spesies gajah pertama adalah Phosphatherium escuillei yang muncul pada 56.000.000 tahun lalu di masa akhir Paleosen. Pertama kali mengembangkan belalai dan gading pada masa Eosen yaitu genus Palaeomastodon, untuk menggapai makanan di ranting tinggi dan menjatuhkan makanan dari pohon. Berpisah di jalu evolusi menjadi tiga subordo yaitu Moeritherium, Plesielephantiformes dan Elephantiformes pada 333.900.000 tahun yang lalu di masa akhir Eosen. Menyebar ke seluruh dunia ketika masa Pleistosen atau Zaman Es, yang kemudian beradaptasi dan berevolusi menjadi gajah modern. Pertama kali dideskripsikan oleh Johann Karl Wilhelm Illiger, ahli biologi Jerman pada tahun 1811. 

Bagan evolusi ordo Proboscidea, mamalia berbelalai
(Pinterest)
Ordo Proboscidea memiliki tiga subordo, sepuluh suku dengan 51 genus, namun hampi 90% sudah punah akibat gagal lolos Seleksi Alam sebelum peradaban manusia muncul. Kini hanya menyisakan satu suku dengan dua genus yaitu Loxodonta dan Elephas dengan tiga spesies dan empat subpsesies. Spesies gajah terkecil di masa modern adalah Gajah Hutan Afrika (Loxodonta cyclotis) yang memiliki tinggi sekitar 209–231 centimeter (6 kaki 10 inchi–7 kaki 7 inchi) dan berbobot sekitar 1700–2300 kilogram (1,9–2,5 ton pendek), sementara spesies gajah terbesar adalah Gajah Semak Afrika (Loxodonta africana) yang memiliki tinggi sekitar 396 centimeter (13 kaki) dan berbobot mencapai 10400 kilogram (11,5 ton pendek). Sementara, spesies gajah terbesar sepanjang masa adalah Palaeoloxodon namadicus, yang memiliki tinggi mencapai 500 centimeter dan berbobot mencapai 22.000 kilogram. Merupakan ordo mamalia darat terbesar di masa Kenozoikum.

Ragam jenis dan ukuran ordo Proboscidea, mamalia berbelalai
(Nature Talkshow)
Ciri khas ordo Proboscidea adalah belalai yang digunakan untuk menggapai makanan di pohon atau tanah dan memiliki gading yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri sekaligus alat menggali air dalam tanah & menggugurkan buah-buahan di pohon. Belalai gajah berisi 150.000 otot, yang mampu mengangkat beban berbobot 350 kilogram dan menggapai obyek setinggi & sejauh 700 centimeter. Sementara sepasang gading gajah masing-masing memiliki panjang mencapai 300 centimeter dengan bobot mencapai 45 kilogram. Memiliki kulit setebal 2,5 centimeter dengan telinga berdiameter 114-183 centimeter yang bertugas menjaga suhu tubuh agar stabil di suhu  35,9°C (96,6°F). Hidup dalam kawanan berisi 50-60 ekor yang dipimpin oleh betina tertua, yang mampu menjalajah untuk mencari makan hingga jarak 38 kilometer dalam sehari. Pada masa kawin di musim penghujan, induk gajah akan mengandung selama 22 bulan dan hanya melahirkan seekor anakan, memiliki angka harapan hidup mencapai 50 tahun. Salah satu ordo mamalia dengan masa mengandung terlama di dunia.

Perbedaan morfologi dan fisiologi ordo Proboscidea,
1. Telinga 2. Kening kepala 3.Gading 
4. Belalai 5. Jari kaki 6. Ekor 7. Busur punggung
(Clairepellegrino/Wikinedia Commons)
Ordo Proboscidea tersebar di kawasan benua Afrika, Indian, Sri Lanka dan Asia Tenggara, mengalami penyusutan populasi yang pesat akibat perambahan hutan, perburuan liar dan konflik dengan manusia. Pada tahun 2003, diperkirakan populasi sekitar 41.410 hingga 52,345 ekor Gajah Asia di alam liar, dengan tingkat penyusutan populasi mencapai 50% dalam waktu 60-75 tahun. Sementara untuk Gajah Afrika hanya tersisa 17.000 ekor di alam liar, bahkan dalam temuan terbaru di tahun 2018, Gajah Afrika liar berevolusi dengan tidak menumbuhkan gading agar tidak diburu oleh manusia. Berdasarkan data IUCN, Gajah Asia (Elephas maximus) berada dalam status Genting (Endangered) dan Gajah Afrika (Loxodonta africana) berada dalam status Rentan Punah (Vulnerable). Dalam ekosistem, ordo Proboscidea memiliki peran sebagai penyebar bijian, penyubur tanah hutan dan penyeimbang.


No comments:

Post a Comment

Semua komentar merupakan tanggungjawab komentator dan pengelola tidak bertanggungjawab atas tuntutan dengan UU ITE. Berkomentar dengan bijak dan sopan.